Tuesday, January 1, 2019

naon si?

Beberapa menit menuju hari dan tanggal ke dua di tahun 2019. Setiap orang sudah mendeklarasikan, setidaknya ada beberapa teman, resolusinya di instagram sedang saya masih berfikir dan sedikit menyesal bahwa perubahan tidak langsung drastis nyata ada pada saya---setelah saya melewati detik pertama sampai saat ini, menit-menit menjelang hari ke dua.

Berfikir bahwa tahun ini harus lebih baik, sudah barang tentu hal yang semua orang harapkan, tidak terkecuali saya. Namun ketakutan juga tidak luput hadir dalam proses berfikirnya. Takut bahwa hal itu tidak terlaksana, takut hal itu bersandar pada sesuatu yang salah, dan takut terlalu besar. Lagi-lagi pengalaman mengatakan target atau resolusi membuat hidup tidak tenang, tidak menikmati, dan dikendalikan. Meskipun, pengalaman itu sendiri adalah guru yang paling berharga, harusnya, atau kemalasan yang terlalu dituruti sehingga menjadi pengalaman berharga.

Beberapa tersadar bahwa di tahun ini saya akan menjadi 23. Dan artinya, peran dan tanggung jawab semakin banyak. Bukan masalah perannya, karena 23 berarti "seharusnya" sudah bijak dalam menyikapi peran-peran tersebut. Sampai detik ini, saya masih tercatat sebagai seorang mahasiswa, di tahun menjelang 23. Mungkin juga karena saya sebagai seorang mahasiswa sehingga peran-peran yang lain mengikutinya seperti buntut yang mengikuti tubuh kemana dia arahkan. Karena seorang mahasiswa, saya terpilih menjadi ketua himpunan. Karena mahasiswa, saya tergabung dalam sebuah pekerjaan, dan karena mahasiswa saya harus mengikuti pembelajaran.

Ada beberapa peran yang juga penting: peran tetap sebagai seorang anak, laki-laki; peran sebagai laki-laki yang menyayangi seorang perempuan, dan peran sebagai anggota masyarakat. Yang terakhir, biarkan saya jujur, belum terlalu terasa.

Tahun 2019, peran-peran tersebut ada secara nyata di pundak, kepala, otak, kaki, sel, membran sel, sitoplasma, gen dan lain sebagainya, menuntut untuk lebih seimbang dengan porsi yang tidak maruk hanya pada satu peran. Secara teori, konsekuensi dari hal tersebut yaitu harus adanya kerelaan bahwa 2019 dengan waktu perhari tetap 24 jam dikurangi tidur, maka saya dituntut untuk membaginya.




No comments:

Post a Comment