ayosnry
Wednesday, November 9, 2022
2. Deg
Sunday, March 13, 2022
Awal
Friday, January 28, 2022
0. Nol
Friday, December 31, 2021
2022
Wednesday, March 3, 2021
Merekam Pandemi
Halo orang-orang 2070. Kamu sebutannya apa? Maksudnya, generasi apa? Pasti ada dong sebutan semisal millennial, gen z, dan boomer. Kalau aku antara millennial atau gen z. Seperti bimbang, tapi memang ada ikhtilat para alim tentang akhir generasi millenial dan mula-mula gen z. Jadi, jangan salahkan aku.
Sebenarnya, aku sendiri ngga terlalu peduli karena millenial dan gen z hanya sebatas jargon bisnis, menurutku. You know, like, when the business put the word "millennial" or "gen z", it sort of association of young, energic, cool. Though, sometime the associations are negative, but it works for business.
Eh, di tahun 2070 di Indonesia masih pakai bahasa Indonesia atau sudah Inggris semua? Soalnya, di tahun 2020 aku baru saja lulus kuliah dari sastra inggris. Dan saat ini, bahasa Indonesia masih menjadi bahasa persatuan orang-orang Indo sih. Paling hanya beberapa, dan mayoritas orang kota yang berekonomi menengah atas dan mengenyam pendidikan international school yang memakai bahasa Inggris dengan lancar.
Jangan salah, ada, ada kok yang bukan orang kota berekonomi menengah atas yang juga lancar pakai bahasa inggris, hanya lebih jarang.
"How does it feel to graduate in the midst of pandemic?" you might ask.
Tentunya, sesuatu yang baru itu penuh kontroversi, kegundahan, dan have no clue. Contohnya wisuda.
Tidak ada wisuda menggunakan zoom di tahun-tahun sebelumnya. Bahkan zoom, aplikasi video conference, populer karena pandemi. Tapi itu realita yang harus kami hadapi. Aku sendiri sebetulnya ngga masalah dilakukan secara online karena keamanan dan kesehatan paling penting. Asal, konsekuensinya, biaya wisuda dipotong. Ya simply karena wisuda online ngga butuh biaya banyak. Tapi, namanya juga hal baru, banyak universitas yang masih mematok harga laiknya bukan pandemi.
Banyak mahasiswa/i protes lewat sosmed. Ada yang berhasil, ada yang setengah berhasil, dan ada gagal. Di universitasku yang ke dua; setengah berhasil. Ini karena pihak universitas mengembalikan biaya hanya sedikit, tidak sampai setengahnya. Tapi, daripada tidak sama sekali, setengah sudah bagus.
Sebetulnya, efek pandemi itu ngga hanya terasa saat wisuda saja, bahkan di proses awal skripsi pun sudah terdampak. Kami skripsi di rumah masing-masing. Proses bimbingan melalui zoom. Kalau mau acc, ya pakai tandatangan digital. Aku sendiri merasa kesulitan. Sangat. Apalagi aku dapat pembimbing dari universitas luar. Artinya, proses komunikasi jadi terkendala karena aku belum mengetahui karakter pembimbing seperti apa. Tapi untungnya dia memahami dan sangat bisa diajak kerja sama.
Tbh, aku terseok-seok, tertekan secara mental saat itu. Aku takut aku nggak bisa lulus. Aku takut ketinggalan acc. Bahkan sering, aku akan senang jika ada teman yang memiliki kesulitan serupa dalam proses skripsi. Berarti, aku nggak sendiri dan ada teman yang bisa jadi semacam relief. Untuk mengatasinya, aku saat itu mulai -tobe continue
Sunday, January 13, 2019
Process, What really matter is
Bisa jadi semua pelajar adalah wartawan, pada akhirnya,
atau polisi, atau guru, atau tentara, atau hanya sedang mengharap titel mahasiswa.
adakah hal yang menjadi perbedaan diantara semuanya?
Proses.
Terlalu sering kita melihat, apa yang terlihat, bukan apa yang mungkin bisa dilihat,
dan biasanya hal tersebut seringkali mendangkalkan,
sebab, menghilangkan segala hal yang sebenarnya menciptakan; proses.
kemuliaan itu ada pada proses.
karena pada akhirnya, mengambil jalan pintas tidak akan berakhir lama.
proses itu tentang waktu, dua hal yang menjadi komplemen satu sama lain.
dan sifat waktu, setahu saya, sedetik tidak bisa diminta kembali, semenit tidak bisa berhenti.
pun ketika sedang diam, kita sedang berproses yaitu berproses untuk melambatkan bahkan stagnan, sebagai hasil.
ketika sedang melamun, ketika sedang becanda, ketika sedang menatap layar gawai, ketika makan gorengan pinggir jalan, ketika diskusi dengan teman, ketika berjalan, bernafas, tertidur pulas
itu adalah proses.
kita tidak bisa mengelak, karena kongkret atau tidaknya sebuah tujuan,
terdefinisi atau tidak sebuah tujuan, bahkan ada atau tidaknya sebuah tujuan
sedetik tidak bisa diminta kembali, semenit tidak bisa berhenti
waktu terus berjalan, ia membawa erat komplemennya, proses.
orang-orang sering tergoda pada sebuah hasil, pencapaian.
itu tadi, apapun, pelajar untuk tentara, mahasiswa untuk karyawan sukses perusahaan, seorang ibu untuk kelahiran bayinya, ayah untuk keluarga sejahtera dan damainya.
padahal hasil adalah akumulasi dari proses-proses, akumulasi waktu-waktu yang dilewati seperangkat dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan.
oleh sebab itu, proses adalah penentu kemuliaan, karena ia menyertakan aktifitas di dalam waktu yang sedang berjalan.
sebuah proses, aktifitasnya lah yang menentukan kemuliaan.
memilih curang, atau sabar dalam jalan benar dan manusiawi,
dalam hasil bisa saja sama.
tapi kemuliaan, hanya mereka yang memilih sabar dalam jalan benar dan manusiawi yang memperolehnya.
Tuesday, January 1, 2019
naon si?
Berfikir bahwa tahun ini harus lebih baik, sudah barang tentu hal yang semua orang harapkan, tidak terkecuali saya. Namun ketakutan juga tidak luput hadir dalam proses berfikirnya. Takut bahwa hal itu tidak terlaksana, takut hal itu bersandar pada sesuatu yang salah, dan takut terlalu besar. Lagi-lagi pengalaman mengatakan target atau resolusi membuat hidup tidak tenang, tidak menikmati, dan dikendalikan. Meskipun, pengalaman itu sendiri adalah guru yang paling berharga, harusnya, atau kemalasan yang terlalu dituruti sehingga menjadi pengalaman berharga.
Beberapa tersadar bahwa di tahun ini saya akan menjadi 23. Dan artinya, peran dan tanggung jawab semakin banyak. Bukan masalah perannya, karena 23 berarti "seharusnya" sudah bijak dalam menyikapi peran-peran tersebut. Sampai detik ini, saya masih tercatat sebagai seorang mahasiswa, di tahun menjelang 23. Mungkin juga karena saya sebagai seorang mahasiswa sehingga peran-peran yang lain mengikutinya seperti buntut yang mengikuti tubuh kemana dia arahkan. Karena seorang mahasiswa, saya terpilih menjadi ketua himpunan. Karena mahasiswa, saya tergabung dalam sebuah pekerjaan, dan karena mahasiswa saya harus mengikuti pembelajaran.
Ada beberapa peran yang juga penting: peran tetap sebagai seorang anak, laki-laki; peran sebagai laki-laki yang menyayangi seorang perempuan, dan peran sebagai anggota masyarakat. Yang terakhir, biarkan saya jujur, belum terlalu terasa.
Tahun 2019, peran-peran tersebut ada secara nyata di pundak, kepala, otak, kaki, sel, membran sel, sitoplasma, gen dan lain sebagainya, menuntut untuk lebih seimbang dengan porsi yang tidak maruk hanya pada satu peran. Secara teori, konsekuensi dari hal tersebut yaitu harus adanya kerelaan bahwa 2019 dengan waktu perhari tetap 24 jam dikurangi tidur, maka saya dituntut untuk membaginya.